Gunadarma

Saturday, November 27, 2010

Judul

Beberapa orang berpendapat bahwa membuat judul untuk sebuah karangan fiksi itu sulitnya bukan main, tetapi ada juga beberapa orang yang berpikir sebaliknya. Judul suatu karangan, sederhananya memiliki fungsi untuk merepresentasikan garis besar cerita, apa yang membedakannya dengan karangan yang lain. Judul karangan adalah taruhan bagi seorang pengarang. Judul karangannya yang menarik dan eye-catching namun tetap tidak norak, akan membuat pembaca tertarik untuk membaca keseluruhan cerita. Namun demikian, judul tidak melulu tentang bagaimana cara membuat pembaca tertarik untuk membaca cerita Anda. Judul harus benar-benar dapat memberi batasan kondisi “here and now” cerita Anda pada pembaca. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa judul juga berfungsi untuk menyetel “mental set” pembaca agar lebih siap dalam menikmati karangan Anda. Beberapa judul telah secara tidak langsung memberi tahu pembaca seperti apa karangan yang akan mereka baca, contohnya: “Misteri Pembunuhan Si Pendekar Kampus”, “Bangkit dari Kubur, “Cintapuccino”, dll.

Namun perlu diingat bahwa judul yang berlebihan malah akan dapat menjadi bumerang bagi Anda. Judul yang “too good too be true” bisa jadi membuat pembaca khawatir bahwa isi cerita di dalamnya tidak sedahsyat “aumannya”. Karena itu sebagai penulis, kita harus berhati-hati dalam menggarap judul. Judul yang kurang baik dapat membuat pembaca meninggalkan karangan kita sebelum sempat membaca paragraph pertama. Bagi penulis, itu adalah mimpi buruk.

Berikut ini adalah beberapa pertimbangan dalam membuat judul sebuah karangan.
1. Cara termudah untuk membuat judul adalah, percaya atau tidak, dengan menampilkan setting di mana atau kapan cerita itu terjadi. Karena itu banyak dijumpai karangan berjudul, “Di Lereng Bukit…..”, “Di Pantai ….., “Kisah Sedih di Malam Minggu”, dll. Saya memandang cara itu sebagai cara yang paling “kurang kreatif” dalam membuat judul. Cara itu satu tingkat lebih tinggi dari kondisi putus asa dan khawatir jika tidak dapat membuat judul yang baik. Saya hanya akan melakukan cara itu jika benar-benar sudah mengalami kebuntuan, dan agaknya semua cara yang saya lakukan untuk membuat judul yang lebih baik, gagal. Cara itu bisa berhasil baik untuk pembaca yang kebetulan punya ikatan dengan tempat atau waktu seperti yang ditampilkan di cerita itu. Namun tetap dilihat dari sisi teknik penyusunannya, saya tidak merekomendasikan cara itu. Terkadang beberapa penulis cerdik memanfaatkan tehnik ini dan dapat berhasil. Caranya adalah mengaitkan judul dengan setting yang memiliki nilai emosional tersendiri, contoh: peristiwa gempa bumi di Yogya, tsunami di Aceh, penaklukan puncak himalaya, dll. Saran saya adalah, jika Anda memang ditempatkan pada kondisi yang mengharuskan Anda menggunakan metode ini, pilihlah secara cermat setting yang ingin Anda tampilkan sebagai judul. Jangan sampai pembaca merasa bahwa setting di judul ini hanya sekedar tempelan, dan tak punya nilai urgensitas.

2. Cara terburuk lainnya untuk membuat judul adalah dengan menggambarkan dengan jelas sekali cerita Anda kepada pembaca, sehingga tanpa membaca cerita Anda pun, pembaca sudah bisa menebak akan ke mana cerita ini berakhir. Judul-judul senada : ”Tragedi....”, “Karma”, “Suatu Hari yang Sedih di….”, ”Kemalangan....”, sebaiknya tidak perlu sering-sering dipakai. Namun demikian saya tidak memungkiri ada beberapa penulis yang punya nyali untuk membuat judul ”Pembunuhan......” dan karangannya itu meledak di pasaran. Pada paragraf pertama, pembaca sudah disodori akhir cerita itu, yaitu meninggalnya ”Mr.....”.
Namun demikian uniknya cerita itu mampu menggiring pembaca untuk sedikit demi sedikit membuka rahasia di balik kematian si tokoh di cerita itu. Cara itu adalah metode yang jenius, namun demikian tidak semua orang bisa melakukannya. Jika Anda tidak cukup percaya diri untuk melakukannya, cobalah cara yang biasa saja.

3. Banyak penulis yang berkonsentrasi pada rima judul yang mereka buat. Itu adalah suatu pertimbangan yang bagus, karena perpaduan bunyi yang bagus biasanya dapat menggelitik pembaca. Pembaca akan berpikir bahwa penulis yang menciptakannya pastilah seorang yang kreatif. Ini sudah cukup dijadikan jaminan bahwa cerita yang dihasilkannya pun tentu bagus.

4. Kita harus menyadari bahwa kadang kalimat yang pendek lebih efektif dan memiliki kesan lebih kuat daripada kalimat panjang yang bertele-tele. Coba saja, adakah kata makian yang terdiri dari kalimat yang panjang? Biasanya mereka malah terdiri dari dua suku kata saja. Namun demikian, jika Anda terpaksa harus membuat judul yang panjang, yakinkan bahwa Anda telah mencoba membacanya dengan keras dan juga menunjukkannya pada teman Anda, bahwa judul Anda tidak akan dipersepsikan lain. Panjangnya judul ini bisa disiasati dengan mensinkronkan bunyinya. Contohnya adalah salah satu karangan yang berjudul : ”Kutunggu Datangmu Hanya Untukku”

5. Salah satu cara kreatif dalam membuat judul adalah memunculkan suatu kontradiksi. Ini dilakukan dengan cara memuat dua atau lebih unsur yang bertolak belakang, misalnya ”You Love Me, You Love Me Not”. Dengan cara ini pembaca biasanya akan menjadi penasaran dan selanjutnya membaca karangan Anda untuk menemukan hubungan tersebut.


Paragraf / Alinea

Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.

- Syarat sebuah paragraf
Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :
1. Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
2. Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

- Bagian-bagian Suatu Paragraf yang Baik
A. Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan tulisan.
B. Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar.


Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, dapat menyampaikan pesan secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula.

Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan yakni
  1. Ketepatan pilihan kata
  2. Ketepatan bentuk kata
  3. Ketepatan pola kalimat 
  4. Ketepatan makna kalimat

  1. Kontaminasi atau kerancuan adalah kalimat yang kacau susunannya. Contoh : berulang kali, diperlebarkan
  2. Pleonasme adalah penggunaan kata yang melebih-lebihkan. Contoh : hujan turun membasahi bumi
  3. Tidak memiliki subjek. Contoh : di sekolah kami mengadakan pentas seni
  4. Salah nalar / salah tanggapan. Contoh : Bila musim hujan adik suka batuk 
  5. Kesalahan bentuk kata (kata tidak baku). Contoh : Praktek = praktik, Apotik = Apotek, Lesung pipit = lesung pipi
  6. Kata depan yang tidak perlu. Contoh : perkembangan dari pada teknologi informasi sangat pesat 
  7. Pengaruh bahasa asing
  8. Pengaruh bahasa daerah


Unsur-unsur Kalimat

Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut. Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu [Sugo97]. Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan nomina.

Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat. Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih—tidak terdapat predikat di dalamnya—dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif. Contohnya sebagai berikut.

Anak kecil itu // pandai sekali.

Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek. Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat. Contoh di atas merupakan kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian kata  anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat.

Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Dengan kata lain, untaian kata yang diawali dengan huruf kapital pada kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya adalah kalimat menurut pengertian kaidah ejaan.

Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya.


Apa itu Topik ?

Topik (bahasa Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan dengan topik pembicaraan.[1] Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan.[2] Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas.[2] Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis.[1] Ciri utama dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan msih bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail.[1]
Topik biasa terdiri dari satu satu dua kata yang singkat, dan memiliki persamaan serta perbedaan dengan tema karangan.[1] Persamaannya adalah baik topik maupun tema keduanya samasama dapat dijadikan sebagai judul karangan.[1] Sedangkan, perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umum,sementara tema akan lebih spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan.[1]



Outline

Apakah yang dimaksud dengan Outline?
Outline adalah sistem formal yang digunakan untuk memikirkan dan mengatur kertas.
Sebagai contoh, Anda dapat menggunakannya untuk melihat apakah ide-ide Anda terhubung ke satu sama lain, urutan ide-ide apa yang terbaik, atau apakah Anda telah cukup bukti untuk mendukung masing-masing poin Anda. Garis besar dapat berguna untuk kertas untuk membantu Anda melihat gambar keseluruhan.

Manfaat Outline
outline akan membuat tulisan:
1. Menjadi lebih indah.
Tulisan sebenarnya lebih berhubungan dengan logika (mentransfer kebenaran). Tapi masih ada syarat lain untuk kriteria tulisan yang baik, yaitu ada keindahannya. Sebuah tulisan menjadi indah karena ada irama. Sementara itu, irama akan tercapai melalui perasaan. Muatan perasaan membuat sebuah kata menggapai sebuah irama. Ini ada kaitannya dengan diksi atau pilihan kata. Pilihan kata bisa menjadi pas apabila kita menggunakan outline.
2. Menjadi sempurna dalam hal penyampaian ide.
Pernahkah Anda telah menyelesaikan tulisan, tetapi ada data yang tercecer. Hal ini lazim terjadi pada penulisan yang mengabaikan outline. Kerangka tulisan bisa menciptakan struktur tulisan yang lengkap dan paparan data yang lengkap. Outline juga membuat tulisan menjadi terfokus (tidak ndlewer kemana-mana).
3. Lebih efektif mempengaruhi komunikan/pembaca.
Tulisan yang efektif adalah tulisan yang berdampak pada pembacanya. Hal ini tercapai jika dalam tulisan itu ada kejelasan (clarity) dan karena ada unsur emosi di dalamnya. Semuanya itu bisa tercapai dengan penulisan yang terrencana.

Langkah – Langkah Membuat Outline
1. Identifikasi topik.
Topik kertas Anda adalah penting. Cobalah untuk menyimpulkan titik kertas Anda dalam satu kalimat atau frase. Ini akan membantu kertas Anda tetap fokus pada titik utama.
2. Identifikasi kategori utama.
Apa poin utama yang akan Anda tutup? Biasanya pengenalan memperkenalkan semua poin utama Anda, maka sisa kertas dapat menghabiskan mengembangkan titik-titik tersebut.
3. Buat kategori pertama.
Apa titik pertama ingin Anda bahas? Jika kertas di sekitar pusat istilah rumit, definisi seringkali merupakan tempat yang baik untuk memulai. Untuk makalah tentang teori tertentu, memberikan latar belakang umum di teori dapat menjadi tempat yang baik untuk memulai.
4. Buat subkategori.
Setelah Anda memiliki titik utama, membuat poin di bawah ini yang menyediakan dukungan untuk titik utama. Jumlah kategori yang anda gunakan tergantung pada jumlah informasi yang Anda akan menutup, tidak ada benar atau salah nomor digunakan.
Dengan konvensi, setiap kategori terdiri dari minimal dua entri. Jika kategori pertama adalah Romawi angka saya, garis besar Anda juga harus memiliki label kategori roman numeral II; jika Anda memiliki modal huruf A di bawah kategori I, Anda juga harus memiliki huruf B. Apakah Anda kemudian pergi ke telah huruf kapital C, D, E, dll, terserah Anda, tergantung pada jumlah bahan yang Anda akan menutupi.
Anda diminta untuk hanya memiliki dua nomor atau huruf masing-masing kategori.
Garis besar yang telah selesai bisa terlihat seperti ini:
Televisi dan Kekerasan Anak
I. Pendahuluan
A. Apakah penyebab televisi kekerasan?
1. Singkat menyebutkan bidang penelitian sebelumnya
2. Mengidentifikasi penyebab dilema
B. Present studi di kedua sisi
1. Beberapa penelitian adalah “untuk”
2. Beberapa penelitian adalah “melawan”
C. Setelah menimbang bukti tampak bahwa TV tidak menimbulkan kekerasan

II. Penelitian “Untuk”
A. Pertama belajar “untuk”
1. Metode
2. Hasil
3. Analisis kesimpulan mereka
a. ukuran sampel memadai
b. tapi sampel yang representatif

B. Kedua studi “untuk”
1. Metode
2. Hasil
3. Analisis kesimpulan mereka
a. salah instruksi
b. kelompok kontrol miskin

III. Penelitian “Melawan”
A. Studi “melawan”
1. Metode
2. Hasil
3. Analisis kesimpulan mereka
a. Kontrol sempurna
b. Tidak beralasan generalisasi

B. Kedua studi “melawan”
1. Metode
2. Hasil
3. Analisis kesimpulan mereka
a. Ukuran sampel yang besar
b. Nyata pengaturan
c. Namun masalah-masalah khas dengan validitas eksternal

IV. Kesimpulan
A. Studies “untuk” semua metodologi miskin
B. Studies “melawan” semua metodologi yang baik
C. Penelitian tidak mendukung TV itu menyebabkan kekerasan
D. Lebih banyak penelitian diperlukan

Macam-Macam Outline
Ada dua jenis garis: garis besar topik dan kalimat garis besar.
• Topik garis besar terdiri dari frasa singkat.
Hal ini sangat berguna ketika Anda sedang berurusan dengan sejumlah masalah yang bisa diatur dalam berbagai cara dalam kertas.

• Kalimat garis besar dilakukan dalam kalimat penuh.
Hal ini biasanya digunakan ketika Anda berfokus pada kertas rincian kompleks. Garis kalimat ini sangat berguna untuk jenis kertas karena kalimat sendiri memiliki banyak rincian di dalamnya. Sebuah kalimat garis besar juga memungkinkan Anda untuk memasukkan orang rincian dalam kalimat bukannya harus membuat garis besar banyak frase pendek yang berlangsung di halaman demi halaman.
Kedua menguraikan kalimat topik dan mengikuti format yang kaku, menggunakan angka Romawi dan Arab bersama-sama dengan modal dan huruf kecil alfabet. Hal ini akan membantu Anda dan siapa saja yang membaca garis Anda untuk mengikuti organisasi Anda dengan mudah. Ini adalah jenis garis paling sering digunakan untuk kelas kertas dan pidato. Tidak ada aturan untuk jenis garis besar adalah yang terbaik.
Memilih salah satu yang menurut Anda terbaik untuk kertas Anda.

Keep Your Outline Fleksibel
Meskipun format garis adalah kaku, seharusnya tidak membuat Anda tidak fleksibel tentang cara menulis kertas Anda. Seringkali ketika Anda mulai menulis, terutama tentang subjek yang tidak Anda kenal dengan baik, yang kertas mengambil arah baru. Jika arah perubahan kertas Anda, atau Anda menambahkan bagian baru, kemudian merasa bebas untuk mengubah garis besar – seperti yang Anda akan membuat koreksi pada peta kasar seperti Anda menjadi lebih terbiasa dengan menjelajahi daerah Anda. Reorganisasi tidak lazim; Anda outline akan membantu Anda tetap terorganisir dan terfokus.
Namun, ketika kertas Anda menyimpang dari garis besar Anda, dapat juga berarti bahwa Anda telah kehilangan fokus, dan karenanya struktur kertas Anda. Bagaimana Anda tahu apakah untuk mengubah kertas untuk sesuai dengan garis besar atau mengubah kerangka agar sesuai dengan kertas? Cara yang baik untuk memeriksa diri Anda sendiri adalah dengan menggunakan kertas untuk menciptakan garis. Ini sangat berguna untuk memeriksa organisasi dari kertas.
Jika garis yang dihasilkan mengatakan apa yang Anda inginkan untuk mengatakan dalam urutan yang mudah diikuti, yang organisasi kertas Anda telah berhasil. Jika Anda menemukan bahwa sulit untuk menciptakan garis besar dari apa yang telah Anda tulis, maka Anda perlu untuk merevisi kertas. Garis besar Anda dapat membantu Anda dengan ini, karena masalah di outline akan menunjukkan kepada Anda di mana kertas telah menjadi kacau.
http://depts.washington.edu/psywc/handouts/pdf/outline.pdf
Alasan saya mengambil artikel ini karena saya merasa artikel ini sangat lengkap walaupun agak susah memahaminya dalam hal bahasa. Artikel ini aslinya menggunakan bahasa inggris yang kemudian saya terjemahkan dalam bahasa indonesia.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua.


Rafly Andreas. Powered by Blogger.
casper
Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More