Gunadarma

Saturday, November 27, 2010

Judul

Beberapa orang berpendapat bahwa membuat judul untuk sebuah karangan fiksi itu sulitnya bukan main, tetapi ada juga beberapa orang yang berpikir sebaliknya. Judul suatu karangan, sederhananya memiliki fungsi untuk merepresentasikan garis besar cerita, apa yang membedakannya dengan karangan yang lain. Judul karangan adalah taruhan bagi seorang pengarang. Judul karangannya yang menarik dan eye-catching namun tetap tidak norak, akan membuat pembaca tertarik untuk membaca keseluruhan cerita. Namun demikian, judul tidak melulu tentang bagaimana cara membuat pembaca tertarik untuk membaca cerita Anda. Judul harus benar-benar dapat memberi batasan kondisi “here and now” cerita Anda pada pembaca. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa judul juga berfungsi untuk menyetel “mental set” pembaca agar lebih siap dalam menikmati karangan Anda. Beberapa judul telah secara tidak langsung memberi tahu pembaca seperti apa karangan yang akan mereka baca, contohnya: “Misteri Pembunuhan Si Pendekar Kampus”, “Bangkit dari Kubur, “Cintapuccino”, dll.

Namun perlu diingat bahwa judul yang berlebihan malah akan dapat menjadi bumerang bagi Anda. Judul yang “too good too be true” bisa jadi membuat pembaca khawatir bahwa isi cerita di dalamnya tidak sedahsyat “aumannya”. Karena itu sebagai penulis, kita harus berhati-hati dalam menggarap judul. Judul yang kurang baik dapat membuat pembaca meninggalkan karangan kita sebelum sempat membaca paragraph pertama. Bagi penulis, itu adalah mimpi buruk.

Berikut ini adalah beberapa pertimbangan dalam membuat judul sebuah karangan.
1. Cara termudah untuk membuat judul adalah, percaya atau tidak, dengan menampilkan setting di mana atau kapan cerita itu terjadi. Karena itu banyak dijumpai karangan berjudul, “Di Lereng Bukit…..”, “Di Pantai ….., “Kisah Sedih di Malam Minggu”, dll. Saya memandang cara itu sebagai cara yang paling “kurang kreatif” dalam membuat judul. Cara itu satu tingkat lebih tinggi dari kondisi putus asa dan khawatir jika tidak dapat membuat judul yang baik. Saya hanya akan melakukan cara itu jika benar-benar sudah mengalami kebuntuan, dan agaknya semua cara yang saya lakukan untuk membuat judul yang lebih baik, gagal. Cara itu bisa berhasil baik untuk pembaca yang kebetulan punya ikatan dengan tempat atau waktu seperti yang ditampilkan di cerita itu. Namun tetap dilihat dari sisi teknik penyusunannya, saya tidak merekomendasikan cara itu. Terkadang beberapa penulis cerdik memanfaatkan tehnik ini dan dapat berhasil. Caranya adalah mengaitkan judul dengan setting yang memiliki nilai emosional tersendiri, contoh: peristiwa gempa bumi di Yogya, tsunami di Aceh, penaklukan puncak himalaya, dll. Saran saya adalah, jika Anda memang ditempatkan pada kondisi yang mengharuskan Anda menggunakan metode ini, pilihlah secara cermat setting yang ingin Anda tampilkan sebagai judul. Jangan sampai pembaca merasa bahwa setting di judul ini hanya sekedar tempelan, dan tak punya nilai urgensitas.

2. Cara terburuk lainnya untuk membuat judul adalah dengan menggambarkan dengan jelas sekali cerita Anda kepada pembaca, sehingga tanpa membaca cerita Anda pun, pembaca sudah bisa menebak akan ke mana cerita ini berakhir. Judul-judul senada : ”Tragedi....”, “Karma”, “Suatu Hari yang Sedih di….”, ”Kemalangan....”, sebaiknya tidak perlu sering-sering dipakai. Namun demikian saya tidak memungkiri ada beberapa penulis yang punya nyali untuk membuat judul ”Pembunuhan......” dan karangannya itu meledak di pasaran. Pada paragraf pertama, pembaca sudah disodori akhir cerita itu, yaitu meninggalnya ”Mr.....”.
Namun demikian uniknya cerita itu mampu menggiring pembaca untuk sedikit demi sedikit membuka rahasia di balik kematian si tokoh di cerita itu. Cara itu adalah metode yang jenius, namun demikian tidak semua orang bisa melakukannya. Jika Anda tidak cukup percaya diri untuk melakukannya, cobalah cara yang biasa saja.

3. Banyak penulis yang berkonsentrasi pada rima judul yang mereka buat. Itu adalah suatu pertimbangan yang bagus, karena perpaduan bunyi yang bagus biasanya dapat menggelitik pembaca. Pembaca akan berpikir bahwa penulis yang menciptakannya pastilah seorang yang kreatif. Ini sudah cukup dijadikan jaminan bahwa cerita yang dihasilkannya pun tentu bagus.

4. Kita harus menyadari bahwa kadang kalimat yang pendek lebih efektif dan memiliki kesan lebih kuat daripada kalimat panjang yang bertele-tele. Coba saja, adakah kata makian yang terdiri dari kalimat yang panjang? Biasanya mereka malah terdiri dari dua suku kata saja. Namun demikian, jika Anda terpaksa harus membuat judul yang panjang, yakinkan bahwa Anda telah mencoba membacanya dengan keras dan juga menunjukkannya pada teman Anda, bahwa judul Anda tidak akan dipersepsikan lain. Panjangnya judul ini bisa disiasati dengan mensinkronkan bunyinya. Contohnya adalah salah satu karangan yang berjudul : ”Kutunggu Datangmu Hanya Untukku”

5. Salah satu cara kreatif dalam membuat judul adalah memunculkan suatu kontradiksi. Ini dilakukan dengan cara memuat dua atau lebih unsur yang bertolak belakang, misalnya ”You Love Me, You Love Me Not”. Dengan cara ini pembaca biasanya akan menjadi penasaran dan selanjutnya membaca karangan Anda untuk menemukan hubungan tersebut.


Paragraf / Alinea

Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.

- Syarat sebuah paragraf
Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :
1. Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
2. Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.

- Bagian-bagian Suatu Paragraf yang Baik
A. Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan tulisan.
B. Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar.


Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang singkat, padat, dapat menyampaikan pesan secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula.

Kalimat efektif dituntut oleh empat ketepatan yakni
  1. Ketepatan pilihan kata
  2. Ketepatan bentuk kata
  3. Ketepatan pola kalimat 
  4. Ketepatan makna kalimat

  1. Kontaminasi atau kerancuan adalah kalimat yang kacau susunannya. Contoh : berulang kali, diperlebarkan
  2. Pleonasme adalah penggunaan kata yang melebih-lebihkan. Contoh : hujan turun membasahi bumi
  3. Tidak memiliki subjek. Contoh : di sekolah kami mengadakan pentas seni
  4. Salah nalar / salah tanggapan. Contoh : Bila musim hujan adik suka batuk 
  5. Kesalahan bentuk kata (kata tidak baku). Contoh : Praktek = praktik, Apotik = Apotek, Lesung pipit = lesung pipi
  6. Kata depan yang tidak perlu. Contoh : perkembangan dari pada teknologi informasi sangat pesat 
  7. Pengaruh bahasa asing
  8. Pengaruh bahasa daerah


Unsur-unsur Kalimat

Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut. Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu [Sugo97]. Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan nomina.

Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat. Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih—tidak terdapat predikat di dalamnya—dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif. Contohnya sebagai berikut.

Anak kecil itu // pandai sekali.

Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek. Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat. Contoh di atas merupakan kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian kata  anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat.

Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Dengan kata lain, untaian kata yang diawali dengan huruf kapital pada kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya adalah kalimat menurut pengertian kaidah ejaan.

Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya.


Apa itu Topik ?

Topik (bahasa Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan dengan topik pembicaraan.[1] Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan.[2] Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas.[2] Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis.[1] Ciri utama dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan msih bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail.[1]
Topik biasa terdiri dari satu satu dua kata yang singkat, dan memiliki persamaan serta perbedaan dengan tema karangan.[1] Persamaannya adalah baik topik maupun tema keduanya samasama dapat dijadikan sebagai judul karangan.[1] Sedangkan, perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umum,sementara tema akan lebih spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan.[1]



Outline

Apakah yang dimaksud dengan Outline?
Outline adalah sistem formal yang digunakan untuk memikirkan dan mengatur kertas.
Sebagai contoh, Anda dapat menggunakannya untuk melihat apakah ide-ide Anda terhubung ke satu sama lain, urutan ide-ide apa yang terbaik, atau apakah Anda telah cukup bukti untuk mendukung masing-masing poin Anda. Garis besar dapat berguna untuk kertas untuk membantu Anda melihat gambar keseluruhan.

Manfaat Outline
outline akan membuat tulisan:
1. Menjadi lebih indah.
Tulisan sebenarnya lebih berhubungan dengan logika (mentransfer kebenaran). Tapi masih ada syarat lain untuk kriteria tulisan yang baik, yaitu ada keindahannya. Sebuah tulisan menjadi indah karena ada irama. Sementara itu, irama akan tercapai melalui perasaan. Muatan perasaan membuat sebuah kata menggapai sebuah irama. Ini ada kaitannya dengan diksi atau pilihan kata. Pilihan kata bisa menjadi pas apabila kita menggunakan outline.
2. Menjadi sempurna dalam hal penyampaian ide.
Pernahkah Anda telah menyelesaikan tulisan, tetapi ada data yang tercecer. Hal ini lazim terjadi pada penulisan yang mengabaikan outline. Kerangka tulisan bisa menciptakan struktur tulisan yang lengkap dan paparan data yang lengkap. Outline juga membuat tulisan menjadi terfokus (tidak ndlewer kemana-mana).
3. Lebih efektif mempengaruhi komunikan/pembaca.
Tulisan yang efektif adalah tulisan yang berdampak pada pembacanya. Hal ini tercapai jika dalam tulisan itu ada kejelasan (clarity) dan karena ada unsur emosi di dalamnya. Semuanya itu bisa tercapai dengan penulisan yang terrencana.

Langkah – Langkah Membuat Outline
1. Identifikasi topik.
Topik kertas Anda adalah penting. Cobalah untuk menyimpulkan titik kertas Anda dalam satu kalimat atau frase. Ini akan membantu kertas Anda tetap fokus pada titik utama.
2. Identifikasi kategori utama.
Apa poin utama yang akan Anda tutup? Biasanya pengenalan memperkenalkan semua poin utama Anda, maka sisa kertas dapat menghabiskan mengembangkan titik-titik tersebut.
3. Buat kategori pertama.
Apa titik pertama ingin Anda bahas? Jika kertas di sekitar pusat istilah rumit, definisi seringkali merupakan tempat yang baik untuk memulai. Untuk makalah tentang teori tertentu, memberikan latar belakang umum di teori dapat menjadi tempat yang baik untuk memulai.
4. Buat subkategori.
Setelah Anda memiliki titik utama, membuat poin di bawah ini yang menyediakan dukungan untuk titik utama. Jumlah kategori yang anda gunakan tergantung pada jumlah informasi yang Anda akan menutup, tidak ada benar atau salah nomor digunakan.
Dengan konvensi, setiap kategori terdiri dari minimal dua entri. Jika kategori pertama adalah Romawi angka saya, garis besar Anda juga harus memiliki label kategori roman numeral II; jika Anda memiliki modal huruf A di bawah kategori I, Anda juga harus memiliki huruf B. Apakah Anda kemudian pergi ke telah huruf kapital C, D, E, dll, terserah Anda, tergantung pada jumlah bahan yang Anda akan menutupi.
Anda diminta untuk hanya memiliki dua nomor atau huruf masing-masing kategori.
Garis besar yang telah selesai bisa terlihat seperti ini:
Televisi dan Kekerasan Anak
I. Pendahuluan
A. Apakah penyebab televisi kekerasan?
1. Singkat menyebutkan bidang penelitian sebelumnya
2. Mengidentifikasi penyebab dilema
B. Present studi di kedua sisi
1. Beberapa penelitian adalah “untuk”
2. Beberapa penelitian adalah “melawan”
C. Setelah menimbang bukti tampak bahwa TV tidak menimbulkan kekerasan

II. Penelitian “Untuk”
A. Pertama belajar “untuk”
1. Metode
2. Hasil
3. Analisis kesimpulan mereka
a. ukuran sampel memadai
b. tapi sampel yang representatif

B. Kedua studi “untuk”
1. Metode
2. Hasil
3. Analisis kesimpulan mereka
a. salah instruksi
b. kelompok kontrol miskin

III. Penelitian “Melawan”
A. Studi “melawan”
1. Metode
2. Hasil
3. Analisis kesimpulan mereka
a. Kontrol sempurna
b. Tidak beralasan generalisasi

B. Kedua studi “melawan”
1. Metode
2. Hasil
3. Analisis kesimpulan mereka
a. Ukuran sampel yang besar
b. Nyata pengaturan
c. Namun masalah-masalah khas dengan validitas eksternal

IV. Kesimpulan
A. Studies “untuk” semua metodologi miskin
B. Studies “melawan” semua metodologi yang baik
C. Penelitian tidak mendukung TV itu menyebabkan kekerasan
D. Lebih banyak penelitian diperlukan

Macam-Macam Outline
Ada dua jenis garis: garis besar topik dan kalimat garis besar.
• Topik garis besar terdiri dari frasa singkat.
Hal ini sangat berguna ketika Anda sedang berurusan dengan sejumlah masalah yang bisa diatur dalam berbagai cara dalam kertas.

• Kalimat garis besar dilakukan dalam kalimat penuh.
Hal ini biasanya digunakan ketika Anda berfokus pada kertas rincian kompleks. Garis kalimat ini sangat berguna untuk jenis kertas karena kalimat sendiri memiliki banyak rincian di dalamnya. Sebuah kalimat garis besar juga memungkinkan Anda untuk memasukkan orang rincian dalam kalimat bukannya harus membuat garis besar banyak frase pendek yang berlangsung di halaman demi halaman.
Kedua menguraikan kalimat topik dan mengikuti format yang kaku, menggunakan angka Romawi dan Arab bersama-sama dengan modal dan huruf kecil alfabet. Hal ini akan membantu Anda dan siapa saja yang membaca garis Anda untuk mengikuti organisasi Anda dengan mudah. Ini adalah jenis garis paling sering digunakan untuk kelas kertas dan pidato. Tidak ada aturan untuk jenis garis besar adalah yang terbaik.
Memilih salah satu yang menurut Anda terbaik untuk kertas Anda.

Keep Your Outline Fleksibel
Meskipun format garis adalah kaku, seharusnya tidak membuat Anda tidak fleksibel tentang cara menulis kertas Anda. Seringkali ketika Anda mulai menulis, terutama tentang subjek yang tidak Anda kenal dengan baik, yang kertas mengambil arah baru. Jika arah perubahan kertas Anda, atau Anda menambahkan bagian baru, kemudian merasa bebas untuk mengubah garis besar – seperti yang Anda akan membuat koreksi pada peta kasar seperti Anda menjadi lebih terbiasa dengan menjelajahi daerah Anda. Reorganisasi tidak lazim; Anda outline akan membantu Anda tetap terorganisir dan terfokus.
Namun, ketika kertas Anda menyimpang dari garis besar Anda, dapat juga berarti bahwa Anda telah kehilangan fokus, dan karenanya struktur kertas Anda. Bagaimana Anda tahu apakah untuk mengubah kertas untuk sesuai dengan garis besar atau mengubah kerangka agar sesuai dengan kertas? Cara yang baik untuk memeriksa diri Anda sendiri adalah dengan menggunakan kertas untuk menciptakan garis. Ini sangat berguna untuk memeriksa organisasi dari kertas.
Jika garis yang dihasilkan mengatakan apa yang Anda inginkan untuk mengatakan dalam urutan yang mudah diikuti, yang organisasi kertas Anda telah berhasil. Jika Anda menemukan bahwa sulit untuk menciptakan garis besar dari apa yang telah Anda tulis, maka Anda perlu untuk merevisi kertas. Garis besar Anda dapat membantu Anda dengan ini, karena masalah di outline akan menunjukkan kepada Anda di mana kertas telah menjadi kacau.
http://depts.washington.edu/psywc/handouts/pdf/outline.pdf
Alasan saya mengambil artikel ini karena saya merasa artikel ini sangat lengkap walaupun agak susah memahaminya dalam hal bahasa. Artikel ini aslinya menggunakan bahasa inggris yang kemudian saya terjemahkan dalam bahasa indonesia.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk kita semua.


Sunday, October 10, 2010

Diksi (Pilihan Kata)

Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara.[rujukan?] Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan enunsiasi kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Diksi memiliki beberapa bagian; pendaftaran - kata formal atau informal dalam konteks sosial - adalah yang utama. Analisis diksi secara literal menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Diksi terdiri dari delapan elemen :

Fonem
Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna. Fonem berbentuk bunyi.
Misalkan dalam bahasa Indonesia bunyi [k] dan [g] merupakan dua fonem yang berbeda, misalkan dalam kata "cagar" dan "cakar". Tetapi dalam bahasa Arab hal ini tidaklah begitu. Dalam bahasa Arab hanya ada fonem /k/.
Sebaliknya dalam bahasa Indonesia bunyi [f], [v] dan [p] pada dasarnya bukanlah tiga fonem yang berbeda. Kata provinsi apabila dilafazkan sebagai [propinsi], [profinsi] atau [provinsi] tetap sama saja.

Silabel
Suku kata atau silabel (bahasa Yunani: συλλαβή sullabē) adalah unit pembentuk kata yang tersusun dari satu fonem atau urutan fonem. Sebagai contoh, kata wiki terdiri dari dua suku kata: wi dan ki. Silabel sering dianggap sebagai unit pembangun fonologis kata karena dapat mempengaruhi ritme dan artikulasi suatu kata.

Konjungsi
Konjungsi kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Contoh: dan, atau, serta. Preposisi dan konjungsi adalah dua kelas yang memiliki anggota yang dapat beririsan. Contoh irisannya adalah karena, sesudah, sejak, sebelum.


Nomina
Nomina atau kata benda adalah kelas kata yang menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan. Kata benda dapat dibagi menjadi dua: kata benda konkret untuk benda yang dapat dikenal dengan panca indera (misalnya buku), serta kata benda abstrak untuk benda yang menyatakan hal yang hanya dapat dikenal dengan pikiran (misalnya cinta).
Selain itu, jenis kata ini juga dapat dikelompokkan menjadi kata benda khusus atau nama diri (proper noun) dan kata benda umum atau nama jenis (common noun). Kata benda nama diri adalah kata benda yang mewakili suatu entitas tertentu (misalnya Jakarta atau Ali), sedangkan kata benda umum adalah sebaliknya, menjelaskan suatu kelas entitas (misalnya kota atau orang).

Verba
Verba (bahasa Latin: verbum, "kata") atau kata kerja adalah kelas kata yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata ini biasanya menjadi predikat dalam suatu frasa atau kalimat. Berdasarkan objeknya, kata kerja dapat dibagi menjadi dua: kata kerja transitif yang membutuhkan pelengkap atau objek seperti memukul (bola), serta kata kerja intransitif yang tidak membutuhkan pelengkap seperti lari.

Infleksi
Adalah proses penambahan morpheme infleksional kedalam sebuah kata yang mengandung indikasi gramatikal seperti jumlah, orang, gender, tenses, atau aspek.

Hubungan

Uterans


Fungsi dan yang mempengaruhi Diksi :
Hal-hal yang mempengaruhi diksi berdasar kemampuan pengguna bahasa :
·         Serangkaian kalimat harus jelas dan efektif sehingga sesuai dengan gagasan utama.
·         Cara dari mengimplementasikan sesuatu kedalam sebuah situasi .
·         Sejumlah kosakata yang didengar oleh masyarakat harus benar-benar dikuasai.

Fungsi dari diksi :
·         Untuk mencegah kesalah pahaman.
·         Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
·         Untuk Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
·         Supaya suasana yang tepat bisa tercipta.
·         Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.



Ragam Bahasa Indonesia

BAHASA INDONESIA ILMIAH
Menurut jenis pemakaiannya :
Ragam dari segi sudut pandangan bidang atau pokok persoalan :

Ragam Bahasa Bisnis
Ragam bahas bisnis adalah ragam bahasa yang digunakan dalam berbisnis, yang biasa digunakan  oleh para pebisnis dalam menjalankan bisnisnya.

Ciri-ciri ragam bahasa bisnis :
a.    Menggunakan bahasa yang komunikatif.
b.    Bahasanya cenderung resmi.
c.    Terikat ruang dan waktu.
d.    Membutuhkan adanya orang lain.

Ragam Bahasa Hukum
Ragam bahasa hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan bahasanya khas dalam dunia hukum, mengingat fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa hukum Indonesia haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

Ciri-ciri ragam bahasa hukum :
a.    Mempunyai gaya bahasa yang khusus.
b.    Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan.
c.    Objektif dan menekan prasangka pribadi.
d.    Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat dan kategori yang diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran.
e.    Tidak beremosi dan menjauhi tafsiran bersensadsi.

Ragam Bahasa Fungsional
Ragam bahasa fungsional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya.

Ragam Bahasa Sastra
Ragam bahasa sastra adalah ragam bahasa yang banyak menggunakan kalimat tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra.
Ciri-ciri ragam bahasa sastra :
a.    Menggunakan kalimat yang tidak efektif
b.    Menggunakan kata-kata yang tidak baku
c.    Adanya rangkaian kata yang bermakna konotasi

Ragam Menurut Sarananya :
Ragam Bahasa Lisan
Adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.

Ragam lisan yang antara lain meliputi:
Ragam bahasa cakapan adalah ragam bahasa yang dipakai apabila pembicara menganggap kawan bicara sebagai sesama, lebih muda, lebih rendah statusnya atau apabila topik pembicara bersifat tidak resmi.

Ragam bahasa pidato adalah ragam bahasa yang digunakan saat membacakan pidato dimuka umum.Biasanya pidato berisi penegasan kalimat untuk bias diterima si pendengar.

Ragam bahasa kuliah adalah ragam bahasa yang digunakan pada saat kuliah yaitu pada saat pembelajaran antar mahasiswa dan dosennya.

Ragam bahasa panggung adalah ragam bahasa yang digunakan seseorang saat dpanggung ketika mengsi acara hiburan lain agar bias diterima penonton.

Ciri-ciri ragam bahasa lisan :
a.    Memerlukan kehadiran orang lain
b.    Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap
c.    Terikat ruang dan waktu
d.    Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara

Kelebihan ragam bahasa lisan :
a.    Dapat disesuaikan dengan situasi.
b.    Faktor efisiensi.
c.    Faktor kejelasan karena pembicara menambahkan unsure lain berupa tekan dan gerak anggota badan agah pendengar mengerti apa yang dikatakan seperti situasi, mimik dan gerak-gerak pembicara.
d.    Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya.
e.    Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur.
f.     Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan dan penafsiran dari informasi audit, visual dan kognitif.

Kelemahan ragam bahasa lisan :
a.    Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana.
b.    Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
c.    Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan.
d.    Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.

Ragam Bahasa Tulis
Adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual atau bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata.
Ragam tulis yang antara lain meliputi:

Ragam bahasa teknis adalah ragam bahasa yang dilakukan mengenai teknis atau cara penulisan yang dicontohkan misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.

Ragam bahasa undang-undang adalah ragam bahasa yang mnggunakan komunikasi yang resmi.

Ragam bahasa catatan adalah ragam bahasa yang singkat yang diperuntukkan untuk pengingat sesuatu.

Ragam bahasa surat adalah ragam bahsa yang dituliskan pada sehelai kertas yang biasanya diberitahukan mengenai kabar atau sejenisnya yang berfungsi untuk memberikan informasi.

Ciri-ciri ragam bahasa tulis :
a.    Tidak memerlukan kehaduran orang lain.
b.    Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap.
c.    Tidak terikat ruang dan waktu
d.    Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.

Kelebihan ragam bahasa tulis :
a.    Informasi yang disajikan bisa dipilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.
b.    Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c.    Sebagai sarana memperkaya kosakata.
d.    Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.

Kelemahan ragam bahasa tulis :
a.    Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan itu tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
b.    Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cenderung miskin daya pikat dan nilai jual.
c.    Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong, oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.

Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur
1.    Ragam daerah disebut (logat/dialek). Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa. Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/ seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.
2.    Ragam pendidikan adalah Bahasa Indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin, pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa, misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya dipakai.
Contoh:
1.    Isma mau nulis surat cinta - Isma mau menulis surat cinta
2.    Saya akan ceritakan tentang Kancil - Saya akan menceritakan tentang Kancil.

Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap tersebut.

Misalnya, kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Menurut Ciri Situasi Keidiologisan :
Ragam Tinggi (Bahasa Indonesia yang baku/ragam ilmiah)
Dalam kehidupan sosial dan sehari-hari masyarakat Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, digunakan berbagai bahasa daerah termasuk dialeknya, bahasa Indonesia, dan/atau bahasa asing. Bahkan, dalam situasi tertentu, seperti dalam keluarga perkawinan campuran digunakan pula bahasa yang bersifat campuran, yaitu campuran antara bahasa Indonesia dan salah satu atau kedua bahasa ibu pasangan perkawinan campuran itu. Dalam situasi kebahasaan seperti itu, timbul berbagai ragam atau variasi bahasa sesuai dengan keperluannya, baik secara lisan maupun tulisan. Timbulnya ragam bahasa tersebut disebabkan oleh latar belakang sosial, budaya, pendidikan, dan bahasa para pemakainya itu.
Yang dimaksud dengan ragam atau variasi bahasa adalah bentuk atau wujud bahasa yang ditandai oleh ciri-ciri linguistik tertentu, seperti fonologi, morfologi, dan sintaksis. Di samping ditandai oleh cirri-ciri linguistik, timbulnya ragam bahasa juga ditandai oleh cirri-ciri nonlinguistic, misalnya, lokasi atau tempat penggunaannya, lingkungan sosial pemakaiannya, dan lingkungan keprofesian pemakai bahasa yang bersangkutan.



Rafly Andreas. Powered by Blogger.
casper
Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More